Pada kegiatan budidaya ikan saat ini harus memperhatikan keselarasan ekologi, karena saat ini dengan bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah lahan budidaya yang semakin berkurang harus di cari solusi teknologi budidaya ikan ramah lingkungan. Keselarasan ekologi ini merupakan masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian lebih karena menyangkut keberlangsungan hidup yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek kehidupan. Keberlangsungan hidup yang kompleks dapat dilihat dari beberapa parameter antara lain parameter tingkat biodiversitas (keanekaragaman). Hal itu dapat diwujudkan ketika lingkungan menyediakan habitat yang masih lestari sehingga diperlukan implementasi sistem pembangunan yang berbasis sustainable ecology. Salah satu teknologi yang mengacu pada prinsip tersebut adalah dengan menerapkan sistem tambak Silvofishery. Silvofishery atau yang sering disebut dengan Wanamina merupakan suatu pola agroforesti yang memadukan antara mangrove dengan tambak yang diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya perikanan. Selain melibatkan mangrove, tambak silvofishery yang berbasis polikultur juga telah diterapkan yaitu dengan melibatkan peran rumput laut misalnya dari jenis Sargassum sp yang menghasilkan dua keuntungan sekaligus yaitu keuntungan ekologis dan keuntungan ekonomis.
Dengan melibatkan mangrove dalam sistem tambak, tentunya akan memberikan manfaat yang lebih untuk lingkungan baik itu dari segi ekologi maupun dari segi ekonomi. Dari segi ekologi, mangrove memiliki peran yang kompleks terutama sebagai nursery ground, feeding ground dan spawning ground. Artinya, mangrove berperan penting sebagai penyedia habitat yang baik bagi ekosistem perairan yang kompleks untuk mempertahankan kelestarian jenisnya baik itu bagi biota terestrial maupun biota akuatik sehingga secara tidak langsung ekosistem mangrove berperan penting dalam menjaga tingkat kelestarian biota endemik pesisir tersebut. Selain itu, mangrove juga berperan sebagai penyumbang nutrien sebab serasah mangrove yang telah jatuh dan membusuk menjadi penyumbang siklus biogeokimia terutama siklus nitrogen yang berperan penting bagi pertumbuhan tumbuhan, yang menghasilkan dua keuntungan sekaligus yaitu keuntungan ekologis dan keuntungan ekonomis.
Dengan melibatkan mangrove dalam sistem tambak, tentunya akan memberikan manfaat yang lebih untuk lingkungan baik itu dari segi ekologi maupun dari segi ekonomi. Dari segi ekologi, mangrove memiliki peran yang kompleks terutama sebagai nursery ground, feeding ground dan spawning ground. Artinya, mangrove berperan penting sebagai penyedia habitat yang baik bagi ekosistem perairan yang kompleks untuk mempertahankan kelestarian jenisnya baik itu bagi biota terestrial maupun biota akuatik sehingga secara tidak langsung ekosistem mangrove berperan penting dalam menjaga tingkat kelestarian biota endemik pesisir tersebut. Selain itu, mangrove juga berperan sebagai penyumbang nutrien sebab serasah mangrove yang telah jatuh dan membusuk menjadi penyumbang siklus biogeokimia terutama siklus nitrogen yang berperan penting bagi pertumbuhan tumbuhan. Dari segi perlindungan, ekosistem mangrove memiliki peran yang penting sebagai perisai pantai karena dapat mencegah intrusi air laut ke dalam ekosistem tambak serta dapat meredam gelombang sehingga dapat mempertahankan bentuk dari tambak itu sendiri. Bahkan, beberapa jenis mangrove contohnya dari jenis Pandanus sp dapat menyerap limbah (pencemaran) dari logam toksik sehingga dapat menjaga kualitas air.
Sedangkan dari segi ekonomi, sistem Silvofishery juga memberikan keuntungan yang lebih khususnya dalam masalah produktivitas perikanan tambak yang maksimal karena ikan akan cenderung lebih cepat tumbuh besar dengan pasokan nutrien yang terjaga. Dengan mempertimbangkan beberapa keuntungan sistem tambak silvofishery di atas, maka pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan yang berprinsip pada perpaduan antara pengelolaan sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam jangka panjang sebagaimana tercantum dalam code of conduct for responsible fisheries dapat diwujudkan. Kemudian, yang terpenting adalah konservasi mangrove tetap terjaga demi kelestarian ekosistem mangrove yang ada di Indonesia.
Silvofishery sebagai sebuah konsep usaha terpadu antara hutan mangrove dan perikanan budidaya yaitu budidaya di tambak menjadi alternatif usaha yang prospektif dan sejalan dengan prinsip blue economy. Silvofishery pada dasarnya ialah perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan ekonomis karena mempertimbangkan kepedulian terhadap ekologi (ecologycal awareness). Fungsi mangrove sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan perikanan. Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini, selain memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah, karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari. Hal ini disebabkan karena produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha budidaya tambak, berarti di sini terwujud efisiensi.
Jenis biota yang yang tepat untuk dibudidayakan bersama dengan mangrove antara lain ikan bandeng, kakap, kerapu, kepiting bakau, kepiting soka, udang windu dan udang vanamei. Sampai saat ini jenis mangrove yang diketahui dapat bersimbiosis dengan tambak untuk dibuat silvofishery yaitu jenis Rhizophora sp., Avicennia sp. dan Nypha fruticans, sedangkan untuk jenis mangrove lainnya masih perlu penelitian dan pengembangan lebih lanjut.








0 komentar:
Posting Komentar